Selamat Datang di Blog Mas Adjie. Terima kasih sudah berkenan berkunjung !!
Diposting Oleh : Unknown

Febri adalah anak seorang pengusaha kaya tapi memiliki sifat yang sombong, angkuh dan senang menghabiskan uangnya untuk hal yang kurang penting. Beberapa tahun lalu dia sempat dijodohkan dengan seorang laki-laki anak dari teman ayahnya yang bernama Rafi. Tapi Febri menolak hanya karena Rafi itu dianggap tidak sepadan dengannya karena ayahnya sedang bangkrut dan tidak akan mampu mencukupi  kebutuhan Febri. Dengan sombongnya Febri menolak Rafi.
Namun setelah beberapa tahun berlalu, keadaan telah berbalik. Sekarang ayah Febri yang jatuh bangkrut dan ayah Febri berencana menjodohkan lagi dia dengan Rafi.
“tidak ayah, Rafi tidak sepadan dengan Febri. Febri tidak mau dijodohkan dengan Rafi !” Febri menolak permintaan ayahnya
“kau benar, memang kita tidak sepadan. Kau dulu merendahkan dia dan keluarganya tapi sekarang lihat….. kita yang tidak sepadan dengan mereka. Ayah bangkrut dan sebentar lagi ayah tidak punya apa-apa. Jika kau menikahi Rafi, maka kau tidak akan kesusahan. Ayah tidak akan tahan bila melihatmu kesusahan !!!” kata Ayah Febri meyakinkan
“Febri tidak cinta Yah pada Rafi. Febri sudah punya pasangan sendiri !!!” Febri masih bersikeras menolak
“cinta bisa datang dengan sendirinya, Rafi anak baik dan ayah yakin bisa membahagiakanmu” Ayah Febri membujuk Febri
“turuti saja apa kata ayahmu !” Mama Febri membelai rambut Febri
Singkat cerita akhirnya Febri bersedia menerima permintaan ayahnya. Seminggu setelah itu dilangsungkan pernikahan antara Rafi dengan Febri. Rafi sudah menyiapkan rumah untuk mereka berdua. Malam ini merupakan malam pertama mereka berdua. Mereka sama-sama memasuki kamar.
“kau boleh mengganggapku sebagai istrimu, tapi aku tidak akan pernah mengganggapmu sebagai suamiku.  Kau tau, aku melakukan kebodohan ini karena terpaksa bukan karena cinta” Febri mengatakan hal yang kurang menyenangkan pada Rafi
“bagaimana kau bisa mengatakan hal seperti itu setelah kita seperti ini ? kenapa dari awal kau tidak menolaknya seperti kau menolakku dulu ?” Rafi merasa sakit hati
“aku melakukan ini demi ayah ibuku, bila kita tidak suka kau boleh ceraikan aku sekarang juga !”
“kau masi sama seperti yang aku temui pertama kali, wanita yang angkuh, sombong dan tidak pernah mempedulikan persaan orang lain. Aku akan turuti kemauanmu, setelah satu bulan aku akan menceraikanmu !!!”
“bagus kalau begitu…. Ingat, setelah satu bulan ini jangan pernah menyentuhku dan aku tidak mau tidur satu kamar denganmu !!!”
“baiklah, aku akan lakukan seperti yang kau mau !!!”
Rafi keluar dari kamar dengan perasaan marah. Rafi telah salah menduga, ternyata Febri menikah karena terpaksa. Karena Rafi tidak boleh tidur sekamar dengan Febri, Rafi tidur di Sofa ruang tamu. Saat tengah malam, Febri terbangun dari kamarnya karena ingin buang air kecil. Dia keluar kamar dan terlihat bingung tidak tau dimana kamar mandinya karena dia baru pertama kali tinggal dirumah itu. Dia berusaha mencari letak kamar mandinya.
“kamar mandinya ada disebelah kanan dapur, dari sini lurus saja kesana !” Rafi memberi tau tempat kamar mandi dengan muncul tiba-tiba
Tanpa mengatakan apapun, Febri langsung menuju kamar mandi.
Keesokan harinya, mereka sedang dimeja makan sarapan pagi. Mereka suami istri tapi terlihat seperti orang yang tidak saling kenal. Saling diam dan tak saling berbicara. Mendadak Febri meninggalkan meja makan dan kembali membawa selembar kertas. Kertas itu disodorkan kepada Rafi.
“apa ini ?” tanya Rafi
“surat perjanjian, kau akan menceraikanku setelah satu bulan.” Febri mengatakan isi dari kertas itu
“jadi kau benar-benar sudah merencanakan ini semua ? aku  tidak menyangka kau tega melakukan ini “ Rafi merasa sakit hati
“sudahlah tanda tangani saja surat perjanjian itu !” Febri memaksa Rafi menanda tangani surat perjanjian yang dibuatnya.
Dengan perasaan emosi Rafi menanda tangani surat perjanjian itu.
“apa kau sudah puas ???” Rafi memberikan surat perjanjian itu kepada Febri kemudian langsung pergi bekerja.
Sesampainya di kantor, Rafi terlihat tidak begitu bersemangat. Dia masih merasa tidak percaya kalau pernikahannya seperti permainan yang dimulai dan diakhiri sesukanya. Rafi membanting dokumen ditangannya ke lantai sebagai pelampiasan kemarahannya. Rafi kemudian mempunyai keinginan untuk menemui orang tuanya Febri. Rafi akan menceritakan bahwa Febri tidak bersungguh-sungguh menikahi Rafi.
Rafi bergegas keluar kantor dan menuju rumah orang tua Febri. Sesampainya di dedepan rumah Febri, Rafi kaget melihat ada tulisan dipagar yang menyebutkan bahwa rumah telah disegel. Rafi turun dari mobilnya untuk memastikan dari dekat. Pintu pagar di gembok dan tentu saja didalam tidak ada siapa-siapa.
Secara kebetulan tetangga Febri keluar untuk membuang sampah, Rafi langsung menghampiri orang itu dan bertanya.
“maaf, pemilik rumah itu kemana ya ?” tanya Rafi
“ow, itu ? orangnya sudah pindah dari kemarin. Dengar-dengar rumah itu disegel perusahan. Karena diduga melakukan korupsi !” penjelasan tetangga Febri
“kira-kira bapak tau pindah kemana mereka ?” tanya Rafi lagi
“kebetulan saya yang mencarikan mereka tempat tinggal sementara !”
Setelah mendapatkan alamat dari orang tadi, Rafi langsung menuju alamat tersebut. Setelah beberapa lama, akhirnya Rafi sampai dirumah orang tua Febri. Terlihat ayah Febri sedang menimba air. Dari jauh Rafi memperhatikan Ayah Febri yang kesusahan mengangkat air. Rafi langsung menghampiri Ayah Febri dan membantu mengangkat air.
“biar saya bantu pak !” Rafi mengangkat air yang ada di dalam timba besar
“eh, Rafi !!” Ayah Febri sedikit terkejut
Setelah membantu mengangkat air, Rafi duduk ruang tamu merasakan sedikit pegal karena membantu mengangkat air. Ayah Febri datang membawakan segelas air putih untuk Rafi.
“maaf, Bapak hanya bisa menyediakan air putih !” Ayah Febri menyodorkan segelas air
“tidak apa-apa pak, terimak kasih” Rafi meminum air tersebut
“apa yang membuatmu datang kesini ?” tanya Ayah Febri
“tidak ada apa-apa pak, hanya ingin berkunjung saja !” Rafi belum berani mengatakan maksud kedatangannya
“bagaimana keadaan Febri ? baikkan ! dia anak yang manja dan paling tidak suka diperintah. Tapi sebenarnya dia anak yang baik. Dia anak Bapak satu-satunya. Bapak tidak mau dia hidup kesusahan seperti bapak, makanya dia saya jodohkan denganmu. Semoga kamu bisa mengerti keadaan Bapak !” kata Ayah Febri dengan nada sedih
Mendengar perkataan ayah Febri, Rafi jadi tidak tega mengatakan hal yang sebenarnya. Rafi tidak mau membuat Ayah Febri menjadi sedih. Setelah beberapa lama berbincang-bincang, Rafi berpamitan pulang.
“tolong jaga Febri ya Raf ! bila ada sesuatu kabari Bapak !” kata Ayah Febri
“ya pak, permisi !” Rafi berjalanan menuju mobil dan pulang
Hari mulai malam, Rafi sampai dirumahnya. Ketika masuk rumah, rumah terlihat sepi. Rafi mendengar suara mobil berhenti. Dia melihat dari kaca jendela, ternyata Febri turun dari mobil seorang laki-laki. Febri melambaikan tangan pada laki-laki yang berada dalam mobil beranjak pergi.
“dari mana kamu ? siapa laki-laki tadi ?” tanya Rafi dengan nada kesal
“bukan urusanmu !!!” Febri pergi begitu saja
“bisakah kau mendengarkanku dan tidak bersikap seperti itu ?” Rafi sedikit berteriak pada Febri
Febri berbalik dan menghampiri Rafi
“sekarang apa…. Apa yang ingin kau katakan ? kau tau, kalau bukan karena dipaksa ayahku aku tidak akan disini. Dan kalau bukan karena aku dipaksa ayahku aku tidak akan menjalani hubungan pernikahan bodoh ini. Kita urus urusan kita sendiri sampai semua ini selesai.” Febri kemudian masuk kamar
Mendengar perkataan Febri, Rafi semakin yakin kalau pernikahannya benar-benar hanya sebuah mainan. Padahal Rafi ingin menjalin rumah tangga yang harmonis dan bahagia. Tapi itu hanyalah mimpi belaka dan bagi Rafi hal itu tidak akan pernah terwujud.
Hari berikutnya adalah hari libur, Rafi tidak pergi bekerja seperti biasanya. Dia sedang memasak mie instan untuk sarapan. Setelah matang, Rafi menuju meja makan. Rafi melihat Febri sedang menonton TV. Sambil memakan Mie instan, Rafi sesekali memandang kearah Febri. Febri tidak menyadari karena Febri duduk kearah yang berlawanan. Hari mulai siang, terdengar seseorang sedang mengetuk pintu. Febri kedepan untuk membukakan pintu. Begitu terkejutnya Febri ternyata yang datang adalah Mamanya sendiri.
“Mama….!!!” Febri wajah terkejut
“Febri …!!!” Mama Febri langsung memeluk Febri
“Mama kesini kok tidak bilang-bilang ?” tanya Febri
“Mama kepikiran kamu Feb, makanya Mama kesisni !!” dengan mata sedikit berkaca-kaca
“Ibu !!!!” Rafi dari dalam dan memeluk Ibu mertuanya
“Rafi !!!” Mama Febri mengusap-usap kepala Rafi
Kedatangan Mamanya Febri tentu saja membuat mereka kaget. Mereka berdua terlihat panik dan canggung. Mereka duduk diruang tamu bersama dengan ibunya.
“kalian… baik-baik saja kan kok …..???” Ibu Febri melihat mereka duduk berjauhan
“oh tidak apa-apa bu, maaf tidak enak dilihat Ibu kalau terlalu dekat !!!” Rafi duduk mendekat kearah Febri
“Wala biasa saja, namanya juga suami istri !!!” Ibu Febri sambil tersenyum
“Mama kesini kok sendiri, Ayah kemana ?” tanya Febri mengalihkan pembicaraan
“Ayahmu sedang mencoba menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan. Ya meskipun ayahmu sudah tidak punya apa-apa sekarang !!”
“kenapa tidak bekerja di perusahan Rafi saja Bu, kan bisa bantu-bantu Rafi saya rasa Bapak orang yang ulet dan pekerja keras !!!” Rafi menawarkan pekerjaan untuk Bapak mertuanya
“ya bagaimana lagi Raf, Ibu sudah membujuk tapi Bapak lebih suka melakukan sesuatu dengan kerja sendiri buka dari bantuan orang lain !!!”
“kalian baik-baik saja kan, kapan rencana memiliki anak ? ibu sudah tidak sabar ingin punya cucu !!!” Ibu Febri ingin punya cucu
Mendengar keinginan Ibunya Rafi dan Febri saling melihat. Mereka berdua merasa tidak mungkin mengabulkan permintaan ibunya karena mereka tidur saja dikamar yang berbeda.
“kenapa ? kok kelihatannya kalian kaget ?” melihat Febri dan Rafi saling berpandangn dengan wajah kaget
“Ibu tenang saja, kalau sudah waktunya nanti Ibu pasti punya cucu !!” Rafi mencoba untuk meredam keinginan Ibunya
“ngomong-ngomong ini kan hari libur, Ibu ingin menginap semalam disini. Ibu kangen dengan Febri, boleh kan Raf ?” Mama Febri ingin menginap
Benar-benar mengejutkan, Mama Febri ingin menginap. Mereka berdua bingung dan juga kawatir kalau Mama Febri menginap akan tau seperti apa pernikahan mereka selama ini.
“bagaimana ? bolehkan !!!” tanya Mamanya Febri
“silahkan bu, dengan senang hati !!” Rafi mempersilahkan
Mama Febri akhirnya menginap, mau tidak mau mereka harus jaga sikap agar mama Febri tidak curiga. Yang tadinya mereka tidur pisah kamar, sekarang mereka tidur satu kamar.
“kau tenang saja, aku tidur dibawah. Sebaiknya kau jaga sikapmu selama Mamamu disini. Aku tidak mau Mamamu tahu keadaan kita yang sebenarnya !!” kata Rafi sambil menata kasur dilantai.
“ya aku tahu, tidak usah mengajari aku ?” kata Febri jutek
“aku tidak bisa tidur kalau gelap !!” kata Febri melihat Rafi akan mematikan lampu.
Rafi tidak jadi mematikan lampu dan tidur dibawah. Secara tiba-tiba Mama Febri masuk kamar mereka.
“maaf ibu mengganggu !!” Mama Febri membuka pintu kamar
“Lo kalian……..???” Mamanya Febri bingung Febri dan Rafi tidur terpisah
“tidak apa-ap bu, maaf kebiasaan saya suka tidur di bawah !!!” Rafi beralasan
“ya bu, Rafi sudah saya suruh tidur diatas eh malah tidur dibawah !!!” Febri menambahkan
“ow begitu, bisa minta tolong antarkan ibu ke kamar mandi. Ibu tidak tau kamar mandinya sebelah mana !!!” Mama Febri minta tolong diantar ke kamar mandi
“ya bu, mari saya antar !!!!”
Mereka masih bisa menutupi rahasia mereka dari ibunya. Mereka melakukan itu tidak ada maksud mepermainkan ibunya tapi untuk menjaga perasaan ibu mereka. Setelah mengantar ibunya, Rafi kembali ketempat tidur. Rafi melihat Febri sudah tidur. Dia terdiam sambil memandangi Febri. Dia merasa kecewa karena Febri begitu tega padanya. Rafi mendekat pada Febri dan menutupi badan Febri dengan selimut kemudian tidur dibawah.
Febri yang saat iu hanya pura-pura tidur membuka mata. Hatinya sedikit tersentuh dengan perhatian Rafi. Keesokan harinya Mamanya Febri berpamitan untuk pulang.
“terima kasih sudah mengijinkan Ibu menginap, maaf kalau ibu mengganggu kenyamanan kalian !!!” Mama Febri berpamitan
“tidak apa-apa bu, justru kami senang Ibu mau menyempatkan waktu untuk menginap dirumah kami !” kata Rafi
“Mama hati-hati ya dijalan !!” Febri memegang tangan Mamanya
“ya sudah, ibu pulang dulu !” Mama Febri pulang
Rafi beriap-siap untuk berangkat ke kantor, sedangkan Febri terlihat berdandan sangat cantik seperti hendak menghadiri pesta.
“bisakah untuk hari ini kau tidak pulang terlalu malam ?” Rafi berkata sebelum Febri berangkat
“memangnya kenapa ? bukannya kita sudah sepakat untuk tidak mencampuri urusan masing-masing !!!” jawab Febri kemudian pergi
Rafi berusaha untuk membuat Febri menurutinya, tapi seperti biasa Febri tidak pernah peduli dengan apa yang dikatakan oleh Rafi. Rafi sedang makan siang di kantin tempat kerjanya dia makan tapi terlihat tidak begitu berselera. Datang seorang wanita, wanita itu adalah sekretaris Rafi.
“boleh saya duduk bersama Bapak ?” berkata sambil membawa nampan dengan makanan diatasnya
“oh silakan !” Rafi mempersilahlan sekretarisnya duduk
“makanan disini tidak enak ya pak ?” tanya sekretaris Rafi
“enak, malah aku suka dengan masakan disini !” jawab Rafi
“tapi dari saya perhatikan dari jauh, bapak tidak berselera makan. Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran  Bapak ?” tanya sekretaris Rafi
“kelihatan ya kalau aku ada masalah ? padahal aku sudah berusaha menutupinya !!”
“bapak memang pandai dalam mengurus perusahaan, tapi bapak tidak pandai dalam menyembunyikan masalah. Kalau ada masalah ceritakan pada saya pak, saya akan jaga rahasia. Karena masalah kalau disimpan sendiri malah membuat seseorang semakin sakit !” sekretaris Rafi ingin mengetahui masalah yang dihadapi Rafi
“begitu ya …..!!! seperti yang kau tau dan semua orang juga tau, aku sudah menikah. Tapi tak ada yang tau seperti apa pernikahanku yang sebenarnya. Kami terikat sebagai suami istri, tapi kami senarnya tidak terikat sama sekali. Kami memliki kehidupan masing-masing. Dia tidak sayang padaku, dia melakukan pernikahan ini karena terpaksa. Aku menganggapnya sebagai istriku tapi dia menganggapku orang asing !” cerita Rafi tentang pernikahannya
“saya turut prihatin dengan pernikahan bapak, saya tidak menyangka jadi seperti itu. Tapi saya yakin pak, itu semua akan berubah. Karena orang baik selalu akan mendapatkan yang terbaik. !” sekretaris memberikan semangat
“terima kasih, rasanya bebanku sedikit berkurang. Terus bagaimana dengan pernikahanmu ? apa sudah ada rencana bikin momongan !!” tanya Rafi mengganti pembicaraan
“baik pak, sebentar lagi saya akan jadi ibu !!!” kata sekretaris dengan wajah senang
“wah, selamat ya kalau begitu !!!!” Rafi memberikan selamat
Perbincangan dengan sekretarisnya membuat beban pikiran Rafi sedikit berkurang. Setelah lama berbincang-bincang, Rafi pulang. Seperti biasa, rumah terlihat sepi. Ternyata Febri benar-benar tidak menghiraukan permintaan Rafi untuk pulang cepat. Ponsel Rafi berdering, dan Rafi menjawab telpon itu. Tampak ekspresi kaget diwajah Rafi, ternyata Rafi menerima telpon dari sebuah rumah sakit yang mengabarkan kalau Febri kecelakaan. Rafi segera menuju rumah sakit untuk melihat keadaan Febri. Sesampainya dirumah sakit Rafi bertanya kepada Resepsionis dimana Febri dirawat. Setelah resepsionis memberi tau, Rafi langsung mencari tempatnya.
Rafi akhirnya menemukan kamar tempat Febri dirawat. Didalam terlihat dokter sedang memberi pengobatan pada Febri. Tak lama menunggu dokter keluar dari kamar Febri dirawat.
“bagaimana keadaannya dokter ?” tanya Rafi
“anda siapanya pasien ?” Dokter tanya balik
“saya suaminya Dok !!”
“ow suaminya, istri anda mengalami retak dibagian kedua kakinya. Mungkin tidak bisa berjalan beberapa minggu. Tapi jangan kawatir, setalah istirahat dan terapi istri anda akan pulih seperti biasanya. “ Dokter mengatakan keadaan Febri
“begitu ya Dok, syukur kalau begitu !!!” Rafi bernafas lega
“Sepertinya istri anda berkendara dalam kondisi mabuk. Kami mencium bau alkohol dibadannya. Tolong beri tau istri anda untuk tidak berkedara dalam kondisi mabuk !!” nasehat Dokter
“Apa saya boleh melihat istri saya ?”
“silahkan, kebetulan istri anda sudah sadar!”
“ya dok, terima kasih !!”
Rafi masuk kedalam kamar tempat Febri dirawat dan menghampiri Febri yang sedang tiduran setengah duduk.
“tidak perlu berpura-pura dengan memasang wajah cemas seperti itu. Dalam dirimu pasti kau tertawa melihat keadaanku sekarang !” Febri nada sinis
“ya aku tertawa, disaat kondisimu seperti ini kenapa masih bisa berbicara hal yang menyakitkan seperti itu ! sebenarnya kau wanita seperti apa, lihat keadaanmu. Apa yang sudah kau perbuat pada dirimu ?”  Rafi nada marah
“kenapa kau meneriakiku seperti itu. Tidak perlu mempedulikanku dan jangan sok perhatian padaku !!!” Febri membalas dengan nada keras
“kau tau, tadinya aku bersabar dan berniat untuk merubah sifat burukmu itu. Tapi sekarang aku sadar kalau itu tidak mungkin. Kau wanita keras kepala yang pernah aku temui. Ku harap keluargamu tidak tau kondisimu yang sekarang. Karena kalau mereka tau mereka tidak akan pernah memaafkanku !” Rafi kemudian keluar dari kamar Febri dirawat
Febri terlihat marah, dia memukul-mukul kakinya karena keadaannya membuat dia ridak bisa melakukan apa-apa. Febri tidak berani mengabari orang tuanya karena takut membuat mereka kawatir. Hari berikutnya Febri terbangun dari tidurnya. Dia merasa haus dan mencoba meraih segelas air yang berada dimeja agak jauh dari tempat tidurnya.
Febri kesulitan menjangkau air itu dan kemudian Rafi datang mengambil air itu dan memberikan kepada Febri. Tanpa mengucap terima kasih Febri langsung meminum air itu.
“aku belikan bubur ayam, makanlah biar kamu cepat pulih !!!” Rafi menaruh bubur itu diatas meja
“sepertinya meja ini terlalu jauh !!!” Rafi sambil mendorong meja mendekati tempat tidur Febri
“kata dokter kamu besok sudah boleh pulang. Jadi sekarang makanlah, tenang aku tidak akan mengganggumu. !!” Rafi kemudian keluar
“tunggu !!!” Febri memanggil Rafi
“Ya, ada apa ?” tanya Rafi berharap Febri mengucapkan terima kasih
Febri terdiam sejenak kemudian berkata
“tidak apa-apa, tidak jadi !!!” Febri tidak jadi mengatakan yang ingin diakatakan
“ya sudah !!!” Rafi keluar
Keesokan harinya Febri pulang dari rumah sakit. Rafi menggendong Febri keluar mobil masuk kedalam rumah. Febri didudukkan di kursi ruang tamu.
“mungkin terasa kurang nyaman, tapi untuk beberapa hari gunakan ini dulu !!” Rafi memegang kursi roda
“kenapa kau lakukan semua ini untukku ?” tanya Febri
“apa ?” Rafi bingung dengan pertanyaan Febri
“aku selama ini kan selalu membuatmu kesal. Tidak pernah menganggapmu sebagai suami. Aku menganggapmu sebagai orang asing !”
“kau tau, dari awal aku selalu mengganggapmu sebagai istriku. Walaupun kau tidak pernah menganggapku suami. Selama kau masih dirumah ini kau istriku, setidaknya sampai perjanjian pernikahan kita berakhir !!” Rafi masuk kedalam
Apa yang dikatakan oleh Rafi membuat hati Febri sedikit tersentuh. Dan itu memunculkan sedikit rasa cinta dalam hati Febri. Tapi sisi lain dari Febri masih menyelimuti hatinya. Dia masi bisa menerima pernikahan itu.
Mereka sedang makan malam berdua dimeja makan. Sesekali Febri memandang wajah Rafi. Hati Febri mengatakan kalau Rafi begitu baik, tepi kenapa dia justru bersikap tidak baik padanya.
“Rafi !!” Febri memanggil Rafi yang sedang makan
“ya ??” Rafi berhenti makan melihat kearah Febri
“ada makanan di bibirmu !!” Febri membersihkan makanan yang menempel di bibir Rafi
Rafi terdiam dan bingung dengan apa yang dilakukan Febri. Karena selama ini Febri bersikap dingin padanya.
“kau makan seperti anak kecil ?” kata Febri mengejek
“kau makan yang banyak, biar cepat pulih !!!”Rafi menambahkan sayur di piring Febri
“ya tapi tidak sebanyak ini, kau pikir aku kambing ?” Febri bercanda
“sudah makan saja !!” Rafi menyuruh Febri memakannya
Tak terasa hampir satu bulan mereka bersama, pernikahan mereka akan berakhir dua hari lagi seperti yang tertulis dalam surat perjanjian mereka. Malam itu mereka berdua sama-sama tidak bisa tidur. Rafi memikirkan tentang surat perjanjian itu. Dua  hari lagi mereka akan bercerai. Rafi dari awal tidak ingin pernikahannya seperti itu. Dia ingin pernikahan yang sebenarnya. Memiliki istri yang sayang padanya dan memiliki anak.
Disisi lain Febri memikirkan hari perpisahan itu juga. Dia bingung pada dirinya, karena seharusnya dia senang tapi yang ada dalam hatinya saai itu adalah persaaan yang aneh. Dia seperti tidak menginginkan berpisah. Sepertinya didalam hati Febri muncul rasa cinta kepada Rafi.
Keesokan harinya Febri keluar dari kamarnya menggunakan kursi roda. Dia melihat kanan kiri karena dia tidak melihat Rafi. Mungkin Rafi sudah berangkat kata dalam hati Febri. Febri mendekati kulkas karena dia haus ingin minum. Saat membuka kulkas Febri tidak tau kalau diatas kulkas ada botol minuman. Botol itu jatuh kearah Febri dan Febri tak bisa menghindar. Secara tiba-tiba seseorang menarik kursi roda Febri sehingga botol itu tidak mengenahi kepala Febri. Ternyata yang menarik Febri adalah Rafi
“hampir saja !!” Rafi sambil membersihkan pecahan botol
“kukira kau sudah berangkat ! aku haus jadi aku ingin mengambil minuman !”kata Febri
“hari ini akut idak masuk kantor. Aku ingin menjagamu dirumah !!” Rafi berniat menjaga Febri
Selesai membersihkan botol Rafi menghampiri Febri diruang tamu.
“bagaiamana keadaan kakimu ?” tanya Rafi memberi Febri segelas air
“sedikit sedikit sudah bisa digerakkan ! tapi aku mencoba berdiri tidak bisa !!!”
“tidak perlu dipaksakan. Kata dokter kakimu akan segera pulih !!!”
“kenapa kau tidak masuk kantor ?”tanya Febri lagi
“aku kan sudah bilang tadi, aku ingin menjagamu. Aku tidak tenang bila membiarkanmu sediri dirumah dengan keadaan seperti ini. Tadi, kau hampir kejatuhan botol minuman !!”
“aku heran padamu, kenapa kau lakukan semua ini demi aku ?” Febri masih ingin tau kenapa Rafi begitu baik padanya
“aku juga heran, kenapa kau selalu bertanya seperti itu terus ?? “ kata Rafi
“akan aku ambilkan makan, kau kan belum sarapan !” Rafi masuk kedalam mengambilkan sarapan buat Febri
Tak lama, Rafi datang dengan membawa sepiring makanan buat Febri
“ini makanlah !!” Rafi memberikan makanan itu kepada Febri
“aku masi belum lapar, nanti saja !” Febri masi belum ingin makan
“kau harus makan teratur, biar kau cepat pulih !” Rafi memaksa Febri makan
“taruh saja di meja nanti aku makan !”
“cepat buka mulutmu ?” Rafi menyodorkan sesendok makanan didepan mulut Febri
Febri diam dan belum mau membuka mulutnya
“buka mulut atau kalau tidak aku akan menelpon orang tuamu dan menceritakan keadaanmu !!” Rafi berpura-pura agar Febri mau makan
“ya ya ya, bawel !!!”Febri membuka mulutnya dan makan
“sini aku bisa makan sendiri !!” Febri mengammbil nasi ditangan Rafi
“habiskan, jangan ada sisa. Aku ada dikamar kalau butuh sesuatu !!!” Rafi menuju kamarnya hendak mengerjakan sesuatu
Hari sudah sore, Febri merasakan bosan karena tidak bisa kemana mana. Dia terus-terusan duduk di kursi roda. Febri menuju kamar Rafi dan membuka pintu Rafi.
“Apa aku boleh masuk ?” Febri kedalam kamar Rafi
“bukankah kau sudah masuk ?” Rafi sambil membuka dokumen didepannya
“apa yang sedang kau lakukan ?” tanya Febri
“hanya sedikit mengisi waktu luang !” jawab Rafi masih sambil membuka-buka dokumen
Febri mendekati sebuah foto yang terpajang di dinding kamar Rafi
“siapa anak kecil gendut itu ?” tanya Febri melihat foto anak kecil berbadan gemuk
“anak kecil gendut yang kau lihat itu adalah aku ?” jawab Rafi
“hahahaha benarkah ? kau dulu segendut ini ? hahahaha !!!” Febri tertawa terbahak bahak tidak menyangka kalau Rafi waktu kecil berbadan gemuk
Rafi melihat kearah Febri yang tertawa sambil tersenyum
“kenapa ?” tanya Febri merasa aneh dilihat Rafi seperti itu
“tidak apa-apa. Baru kali ini aku melihatmu tertawa. Kau terlihat cantik kalau tertawa  !!” Rafi memuji Febri
“gombal !!!” Febri pindah ke meja belajar Rafi
Febri membaca buku yang ada di meja belajar Rafi. Rafi juga sedang terlihat sibuk mempelajari dokumen didepannya. Beberapa lama kemudian, Rafi melihat kearah Febri. Ternyata Febri tertidur dikursi rodanya. Mungkin karena terlalu asyik membaca buku sampai dia tertidur. Karena waktu sudah malam, Rafi mengehentikan kerjaannya. Dia menghammpiri Febri yang sedang tidur dikursi roda.
Rafi menggendong Febri dan merebahkan badan Febri diatas tempat tidurnya. Rafi menutup badan Febri dengan selimut. Rafi keluar dari kamarnya dan tidur diruang tamu. Malam terasa berjalan sangat cepat. Pagi pun datang, dan Rafi terlihat masi tidur di sofa ruang tamu. Hari ini hari ke 30 berarti hari terakhir pernikahan mereka. Febri datang menghampiri Rafi yang sedang tidur, membawa secangkir kopi.
“Raf, Rafi !!!” Febri membangunkan Rafi
“oh, Feb !!!” Rafi bangun mengusap mukanya
“ini aku buatkan kopi, jujur aku tidak pernah membuat kopi jadi aku buat sebisaku !”  Febri memberi Rafi secangkir kopi
“wah jadi merepotkan !” Rafi sambil tersenyum kemudian meminum kopi itu
Rafi mengerutkan wajah sambil mata terpejam, sepertinya ada sesuatu pada kopi yang dibuat Febri
“kenapa, tidak enak ya ?” tanya Febri
“tak ada maksud menyinggung tapi sepertinya kau lupa memasukkan gula kedalam kopi ini !!” Rafi sambil menahan rasa pahit
“harus dikasi gula ya ?” Febri tidak tau kalau harus ditambah gula
“hehehe…..!!!!” Rafi tertawa
“maaf aku kan tidak tau !!!” Febri malu
“hehehe tidak apa-apa. Terima kasih !!” Rafi berterima kasih
“tadi malam kenapa tidak membangunkanku ?” tanya Febri
“aku lihat tidurmu sangat nyenyak, aku tidak tega membangunkanmu. Kau tidur dikursi roda, jadi aku pindahkan ke tempat tidurku !” Rafi menejelaskan
Rafi sangat perhatian kepada Febri. Febri sekarang bingung harus bagaimana. Karena hari ini adalah hari terakhir mereka.
“hari ini hari terakhir kita !!” Febri langsung mengatakan bahwa hari ini hari terakhir pernikahan mereka
Senyum langsung menghilang dari wajah Rafi setelah mendengar perkataan Febri
“aku mengerti yang kau maksud. Tenang aku tidak akan mengingkari janjiku. Nanti aku akan menemui orang tuamu dan meminta orang tuamu menjemputmu. Kau bisa menceritakan semua pada orang tuamu !!” Rafi berdiri dan meninggalkan Febri
“Rafi…. Rafi ….!!!!” Febri mencoba menghentikan Rafi tapi tidak dihiraukan
Seharian Rafi didalam kamar dan tak pernah keluar. Didalam kamar Rafi menangis, marah dan kecewa. Didalam hatinya bertanya kenapa harus seperti ini. Ketika sore datang, rafi keluar kamar dan hendak keluar rumah.
“kau mau kemana ?” tanya Febri
“bukankah kau tadi pagi mengatakan hari ini hari terakhir kita ? jadi aku tidak berhak ada disini lagi. !” kata Rafi
“tapi ini kan rumahmu, aku yang seharusnya keluar ?” sahut Febri
“dulu, aku memiliki keinginan. Bila suatu saat nanti aku menikah, maka aku akan berikan rumah ini kepada istriku ! sekarang rumah ini milikmu, kau tidak perlu repot-repot keluar. Jaga dirimu baik-baik.” Rafi kemudian keluar  rumah
Malam itu merupakan malam yang menyakitkan bagi Rafi. Walau sebelumnya Rafi sudah bersiap-siap untuk datangnya hari itu. Tapi Rafi tetap merasakan sakit. Rafi tidak pulang kerumahnya tapi menyewa kamar hotel. Rafi sulit memejamkan mata. Hal tentang Febri selalu terbayang dipikiran Rafi.
Disisi lain Febri juga merasakan hal yang sama. Dia meyesal kenapa mengatakan perpisahan kepada Rafi. Tapi Febri dari dulu sangat menanti hari perpisahan itu. Febri bingung harus bagaimana.
Hari berikutnya Rafi memutuskan pulang kerumahnya sebelum menemuhi orang tua Febri. Saat tiba dirumah Rafi kaget, ternyata dirumah ada Ayah dan Ibunya. Tak hanya mereka Ayah dan Ibu Febri juga ada
“Ayah… Ibu !!!” Rafi memeluk Ayah dan Ibunya yang saat itu diruang tamu
“Bapak… Ibu……!!” Rafi bersalaman dengan Ayah Ibunya Febri yang saat itu sedang berkumpul
“kapan ayah dan ibu datang ? kenapa tidak memberi tahu Rafi !!” tanya Rafi masih kaget dengan kedatangan Ayah dan Ibunya
“Ayah dan Ibu sengaja tidak memberi tahumu karena kami ingin memberi kejutan !!” Ibu merangkul pundak Rafi
“Ayah dapat telpon dari Ayahnya Febri karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan ! makanya Ayah dan Ibunya Febri Ayah undang kesini !” kata Ayah Rafi
“Ya Raf, Bapak tadi malam mendapat telpon dari Febri !” sahut Ayah Febri
“Rafi, minta maaf kepada Bapak dan Ibu karena sudah merahasiakan semua. Seharusnya Rafi tidak melakukan itu !” Rafi berterus terang
“sudah lah Raf, tidak apa-apa. Febri sudah cerita semua kepada Bapak. Malam itu Febri cerita banyak tentangmu Raf. Febri bilang kau suami yang baik, perhatian dan sabar. Febri juga mengatakan kalau dia bahagia bisa menikah denganmu !” cerita Ayah Febri
“benarkah Febri berkata seperti itu ?” Rafi kaget
“ya, dia kawatir padamu karena semalaman tidak pulang !”
“sekarang temui istrimu, pasti dia kawatir !!” Ayah Rafi menyuruh Rafi pulang ke istrinya
Rafi langsung berlari keluar rumah dan menuju rumahnya untuk menemui Febri. Dalam perjalanan Rafi menangis, bukan air mata sedih melainkan air mata bahagia. sesampainya dirumah, Rafi bergegas masuk rumah. Saat masuk, rumah terlihat sepi. Rafi bertanya-tanya dimana Febri. Muncul rasa takut kalau Febri sudah pergi. Dia memeriksa kamar Febri tapi kamar itu kosong. Rafi juga memeriksa kesemua ruang dirumahnya tapi Febri tidak ada.
Rafi duduk diruang tamu dengan raut muka yang sedih. Rafi berfikir kalau Febri benar-benar sudah pergi.
“Rafi !!!” sesorang memegang pundak Rafi
“Febri…..!!!” Rafi langsung memeluk Febri
Febri membalas pelukan Rafi sambil tersenyum bahagia
“Aku kira kau sudah pergi ?” Kata Rafi melepaskan pelukannya
“dengan kondisiku yang seperti ini memangnya aku bisa pergi kemana. Tadi aku dibelakang !” jawab Febri
“tentang pernihakan kita ?” tanya Rafi tentang kelanjutan pernikahannya
“seharusnya hari ini kita sudah cerai, tapi karena surat perjanjiannya sudah aku bakar tadi dibelakang jadi ya tidak jadi !!!” Febri sudah mebakar surat perjanjiannya
“jadi kita sekarang kita ….???”
“jadi sekarang kita apa ? ya kita kita lanjutkan kontrak kita sebulan lagi…..!!!” kata Febri
“apa ?” Rafi bengong
“hehehe bercanda !!!” Febri bercanda
“hehehe dasar !!!” Febri mencolek hidup Febri
“tadi malam aku menelpon ayahku, aku sudah katakan kondisi sekarang. tapi tentang perjanjian itu, hanya kita yang tau. Maaf kalau aku selama ini bersikap tidak baik kepadamu. Aku janji setelah ini akan berusaha jadi istri yang baik buatmu !!” kata Febri
“tidak apa-apa, terima kasih !!” Rafi memegang tangan Febri
“duuuuhhhh yang pengantin baru !!!” Ibu Rafi datang beserta ayah dan kedua orang tua Fberi
“Ibu….., jadi malu !!!” Rafi kaget dengan raut muka malu.
Setelah hari itu, Rafi dan Febri menjalani hidup mereka sebagai suami yang sesungguhnya. Febri telah menjadi istri yang baik karena itu dia lakukan untuk menebus semua kesalahan yang telah dibuatnya dan tentu saja kewajibannya sebagai seorang istri.


“Cinta mampu merubah kebencian menjadi rasa sayang. Cinta juga mampu merubah rasa sayang menjadi kebencian”


SELESAI ………………………..


           






- Copyright © Mas Ngat..!!! - Adjie - Powered by Blogger - Didesain Oleh Ngataji, S.Kom -